Posted in Family, Romance

[SERIES] “Uri Aegy Saranghaeyo!” Part. 4

Uri Aegy Saranghaeyo!

-Uri Aegy Saranghaeyo!

Author: Anggieeeee
Fb: Anggie Oktaviani
Tittle: Uri Aegy Saranghaeyo! (Our Baby, We Love You!)
Length: 1-?
Genre: Family
Rate: G
Cast: -Cho Kyuhyun
-Lee Haewoon
-Lee Hyunoo/ Cho Hyunoo

Desclaimer: It’s My Own Fanfic, I made it depend on my imagination. So, don’t copas! Don’t bash me! and if u don’t like it, don’t read! Thanks a lot… *Bow*

PART. 4

~STORY BEGINS~

 

Awan-awan itu… Seolah berlomba menjelajahi bumi ini seiring tiupan segerombolan angin yang menerpanya. Membuat suasana cerah namun terasa dingin ini menyelimuti bumi kota Seoul. Pagi yang indah. Udara dingin nan sejuk, namun suasana yang tetap cerah.

_Seoul Hospital_

Tampak seorang yeoja berjas putih dengan rambut yang disatukan ke atas ini tengah duduk di meja kerjanya dengan senyum yang mengembang di kedua sudut bibirnya. Tangannya tertarik ke depan sembari merasakan genggaman seorang namja yang kini ada di hadapannya. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa mereka adalah Kyuhyun dan Haewoon.

Kyuhyun tersenyum, perlahan tangannya bergerak mengelus lembut tangan Haewoon, “Kenapa kau tersenyum terus, eoh?” sindirnya sembari menatap Haewoon.

Haewoon menggeleng, “Gwaenchana, aku hanya senang karena aku bisa bersamamu sekarang,” jawabnya masih dengan senyuman itu. “kau tak bekerja hari ini? Setelah mengantar Hyunoo kau justru ikut aku ke sini, bagaimana dengan pekerjaanmu, eoh?” sambungnya.

Tampak Kyuhyun yang tengah berpikir, matanya mengerjap dan berkeliaran ke sekeliling ruangan serba putih ini, “Sebenarnya masih banyak berkas yang belum kutangani di kantor. Tapi—“

“Jangan katakan jika kau ingin Henry yang mengantarnya ke sini!” potong Haewoon cepat.

Kyuhyun sentak menoleh dan tersenyum seraya menampilkan deretan giginya itu, “Hh, sudah berapa lama kau menjadi kekasihku, eoh? Kau bahkan bisa membaca pikiranku. Haha….”

“Jangan membuatku malu, Kyu!” ucap Haewoon sembari memukul lengan Kyuhyun pelan.

“Memang kenyataannya seperti itu, bukan? Ayolah, kau memang kekasihku. Tak perlu malu. Ahh, atau kau mau jadi istriku langsung?”

“Yak! Cho—“

“Permisi, uisa…, nim.” Ucap seseorang yang tiba-tiba membuka pintu ruangan Haewoon itu dengan tampang gugupnya. Ia sentak menunduk begitu melihat apa yang terjadi di hadapannya. Begitu bodohnya ia membuka pintu atasannya tanpa mengetuk terlebih dahulu.

Haewoon menghentikan aksinya memukuli lengan Kyuhyun dan beralih berdiri menghadap orang yang kini tengah berdiri di depan pintu itu, “Eoh, suster Ahn. Masuklah, jangan berdiri di sana.” Ucap Haewoon ramah.

Orang yang dipanggil suster Ahn itu mendongak, menatap Haewoon dan Kyuhyun bergantian. Dan sedetik kemudian kakinya melangkah mendekati Haewoon, “Ige, ada yang mengirim surat untukmu dan maaf karena aku tidak mengetuk pintu terlebih dahulu.” Suster Ahn membungkukkan badannya sedikit.

Haewoon mengambil kertas putih yang diberikan suster itu, “Gwaenchana….” Ucap Haewoon sembari membuka surat itu.

“Apa itu?” timpal Kyuhyun yang langsung merebut surat itu dari tangan Haewoon dan membacanya. “Eoh, bukankah ini alamat rumahku?” sambungnya begitu melihat alamat rumah yang tertulis dibagian depan surat itu.

“Jinjja? Siapa yang mengirimnya? Ah, suster Ahn kau boleh pergi, terimakasih telah mengantarnya.” Ucap Haewoon.

Suster Ahn mengangguk dan tersenyum kaku, “Nde….” Sahutnya pelan, dan kemudian ia berjalan keluar ruangan Haewoon.

Mata Kyuhyun membulat begitu membaca isi surat itu, “Chagi, cepat baca ini!” pekiknya.

Haewoon mengernyit, matanya yang bulat semakin terlihat seiring kebingungannya akan tingkah namja dihadapannya ini. Haewoon mengambil surat itu dari tangan Kyuhyun dan mulai membacanya.

 

‘Lee Haewoon kuharap kau bisa datang ke rumah kami hari ini. Ada sesuatu yang ingin kubicarakan. Ini menyangkut masa depan Hyunoo.’

 

Itulah kalimat singkat yang tertulis dengan tinta hitam di kertas putih itu. Haewoon tampak terdiam, mencoba mencerna apa maksud dari isi surat tersebut. Jika itu menyangkut masa depan Hyunoo, bukankah itu berarti surat dari Nyonya Cho? Lalu, apa yang ingin dibicarakannya? Apakah tentang kata-katanya saat kemarin Haewoon berkunjung ke rumahnya? “Kajja, kita ke sana sekarang.” Ucapnya tiba-tiba dan langsung melepaskan jas putihnya dan mengambil tasnya yang tergeletak di atas meja.

Kyuhyun mengernyit, “Ada apa? Bukankah itu hanya surat biasa? Kurasa itu Eommaku yang mengirimnya.” Ucapnya santai, namun sedetik kemudian… “Astaga! Bukankah itu berarti Eomma akan menerima Hyunoo?” tutur Kyuhyun antusias tanpa memperhatikan bagaimana ekspresi Haewoon saat ini. Ia justru sibuk dengan khayalannya itu.

“Kyu! Kajja! Itu memang benar dari Eommamu!” sergah Haewoon dan langsung menarik tangan Kyuhyun keluar dari ruangannya itu.

***

Ini demi kebaikan kalian…

Jadi kumohon… Biarkan aku pergi dan biarkan aku hanya melihat kalian dari sudut kejauhan mataku…

Dan kuharap kalian bisa bahagia setelah kepergianku….

 

Sang mentari tampak enggan untuk bersinar pada siang hari ini. Terbukti dari cahayanya yang hanya tersirat sedikit di langit sana dan gumpalan awan hitam itu yang menggantikannya. Siulan angin yang berhembus pun terasa begitu dingin saat menerpa kulit. Sungguh berbeda dengan cuaca sebelumnya yang bisa dikatakan cerah. Yah, biarpun angin-angin itu masih dengan setianya saling bertiupan.

Rumah itu, rumah mewah bercatkan putih bersih dan berpelindung besi yang menjulang tinggi. Tampak seorang yeoja tengah duduk di sebuah taman yang ada di rumah itu bersama seorang anak laki-laki yang begitu lucu dan tampan. Mereka terlihat sangat bahagia atas kebersamaan mereka itu.

Tampak pula seorang yeoja paruh baya yang tengah menyaksikan anak dan yeoja itu dengan senyum yang begitu menenangkan. Sepintas ingatannya melayang pada kejadian belasan tahun yang lalu, mencoba mengingat bagaimana putri tunggalnya yang meninggal karena sesuatu yang sangat tidak di sengaja. Dan mencoba membayangkan bagaimana kehidupan putrinya itu jika ia masih hidup sekarang ini.

‘Ahra~ya… Eomma melakukan ini demi kebaikanmu. Eomma tahu kau begitu menyayangi adik-adikmu. Jadi biarkan Eomma yang memperbaiki semua ini dan membahagiakan adikmu.’

Gumam Nyonya Cho seraya tersenyum lembut. Perlahan tangannya terangkat untuk menyentuh pelupuk matanya yang tampak berair itu. Menghapus beberapa bulir air yang hendak berjatuhan itu dengan tangannya yang bergetar. Sungguh, ia tak menyangka ini terjadi. Dan jujur saja, ia melakukan ini karena terpaksa. Terpaksa karena hadirnya yeoja itu lagi dihidupnya; Haewoon.

“Ahjumma!! Kemarilah… Bermain bersamaku dan Hyunoo!” pekik yeoja itu seraya melambaikan tangannya ke arah Nyonya Cho. Dan ya, Hyunoo memang ada di rumah itu. Ia memang bersekolah tadi pagi, namun tak lama kemudian Nyonya Cho datang untuk menjemputnya. Dan sudah bisa dipastikan jika Haewoon dan Kyuhyun tidak mengetahuinya.

“Imo… Jangan panggil ia. Hyunoo takut.” Ucap Hyunoo dengan tampang yang memang berubah menjadi orang yang sepertinya tengah ketakutan. Benar saja, mengingat bagaimana tatapan Nyonya Cho terhadap Haewoon kemarin. Dan itu yang membuat Hyunoo takut.

Yeoja itu mengernyit, perlahan ia berjalan mendekati Hyunoo dan menangkup wajah mungil anak itu, “Kenapa Hyunoo takut? Halmeoni bukan orang yang pemarah. Ia sangat baik hati.” Ucap yeoja itu.

Hyunoo menggeleng keras, “Aniyo! Ia pemarah, kemarin Hyunoo melihatnya sedang menatap tajam Eomma dan Appa Hyunoo.”

“Tapi bukan berarti ia pemarah, bukan?” sergah yeoja itu dengan senyuman di kedua sudut bibirnya. “Sudahlah, kajja kita masuk. Sepertinya akan turun hujan setelah ini.” Sambungnya.

Lagi, Hyunoo menggeleng, “Hyunoo di sini saja, tadi Halmeoni bilang Eomma dan Appa Hyunoo akan datang. Hyunoo akan menunggu mereka di sini.” Ucap Hyunoo polos.

“Jinjja? Hmm, tapi lebih baik kita menunggu mereka di dalam. Mereka pasti datang.” Tampak sekali jika yeoja itu tengah membujuk Hyunoo. Jujur saja, ia masih belum mengerti kenapa Nyonya Cho mengundangnya ke rumah ini. Yang pasti ia bertemu dengan Hyunoo di sini. Dan tak dapat dipungkiri memang, ia senang bermain dengan Hyunoo.

Lelah mendengar bujukan demi bujukan dari yeoja ini, Hyunoo pun berdiri dan membersihkan bagian belakang celananya yang memang sedikit kotor karena ia duduk di rumput tanpa beralaskan apapun. Hyunoo berbalik, lalu… “Woo! Itu Appa dan Eomma!” pekiknya keras begitu matanya menangkap mobil putih Kyuhyun terparkir di halaman rumah itu. Dan tanpa pikir panjang lagi, Hyunoo langsung melepaskan gandengan tangan yeoja itu dan berlari menuju mobil Kyuhyun.

“Hyunoo….” Panggil yeoja itu begitu Hyunoo berlari. Perlahan di edarkannya pandangannya ke arah mana Hyunoo berlari. Dan ya, akhirnya ia melihat Kyuhyun dan Haewoon keluar dari mobil itu dengan disambut teriakan ceria Hyunoo. Dan sekarang ia hanya bisa tersenyum sembari berjalan mendekati ketiga orang itu dengan langkah pelan.

Haewoon yang baru saja turun dari mobil itu sentak menghampiri Hyunoo dengan wajah bingung bercampur senang, direntangkannya tangan itu untuk menerima pelukan hangat Hyunoo, “Hyunoo kenapa di sini, eoh? Bukankah tadi Hyunoo sekolah?” tanya Haewoon sembari mengelus lembut rambut Hyunoo.

Hyunoo melepaskan pelukannya dan tersenyum, “Tadi sekolah, tapi Halmeoni Cho menjemput Hyunoo.”

Kyuhyun pun turut menyamakan tingginya dengan Hyunoo, “Yasudah, kajja kita masuk. Sepertinya akan turun hujan setelah ini.” Ucap Kyuhyun seraya menarik dan menggendong Hyunoo.

Dan akhirnya merekapun melangkah menapaki luasnya pekarangan rumah itu. Yah, biarpun masih ada sedikit keganjalan di hati Haewoon tentang tujuan Nyonya Cho mengundangnya ke rumah ini. Yang ada dipikirannya saat ini hanya Hyunoo yang sepertinya sudah diterima oleh Nyonya Cho. Yah, hanya itu. Namun baru beberapa langkah kaki mereka berjalan, mereka berhenti tatkala sebuah suara tertangkap oleh pendengaran mereka masing-masing.

“Hey! Permisi… Oppa, Eonni… Aku Park Jaehee. Boleh aku berjalan bersama kalian.” Ucap yeoja itu dengan senyum ramah layaknya Haewoon biasanya.

Hyunoo yang masih berada di gendongan Kyuhyun itupun sentak bergerak dan menoleh ke arah yeoja yang ternyata bernama Jaehee itu, “Ia yang menemani Hyunoo sejak Hyunoo pulang sekolah tadi, Appa, Eomma.” Tutur Hyunoo meyakinkan seraya menatap Kyuhyun dan Haewoon bergantian.

Haewoon pun membalas senyuman Jaehee, “Jinjja? Ah, kalau begitu terimakasih karena sudah menemani anakku sejak tadi.”

Jaehee mengangguk, “Nde, Eonni. Aku suka Hyunoo, dia anak yang baik. Kajja, kita masuk.”

Tak mau kalah, Kyuhyun pun menimpali, “Tapi kau siapa? Kenapa bisa ada di rumahku? Kurasa aku tidak memiliki adik perempuan. Atau mungkin… Kau kekasihnya Mochi?”

Mendengar penuturan Kyuhyun yang tak pernah disangkanya itu, Jaehee sentak menggeleng, “Bukan, aku anak Park Jiwoo. Kau tahu kan? Bukankah Appaku itu teman bisnismu?”

“Ah… Tuan Park! Ya, aku tahu. Tapi kenapa kau bisa ada di sini?” tanya Kyuhyun lagi.

“Entahlah, Ahjumma Cho mengundangku untuk datang kemari. Dan kau Eonni,  bukankah kau seorang dokter?” kini tampak Jaehee yang langsung mengait lengan Haewoon. Seolah mereka adalah kakak-adik yang sudah sangat akrab.

“Apa aku seterkenal itu? Atau wajahku yang pasaran?” canda Haewoon seraya meraba-raba pipinya.

Jaehee yang mendengar itu sentak tertawa, “Eonni… Bagaimana kau ini! Kau itu sangat cantik. Aku saja iri denganmu! Dan apa kau lupa dengan statusmu, eoh? Kau dokter muda yang sangat terkenal di kalangan manapun di negeri ini.”

“Kau ini bisa saja. Kau sendiri juga cantik.”

“Hehe… Tapi apa itu Eonni?” tanya Jaehee sembari menunjuk sebuah map coklat yang ada di tangan kiri Haewoon.

Haewoon pun mengangkat map itu dan kemudian kembali menatap Jaehee, “Bukan apa-apa. Nanti kau juga akan tahu.”

Dan tak terasa, akhirnya pekarangan nan luas itu telah mereka lewati dengan suasana akrab yang baru saja mereka ciptakan. Dengan Jaehee yang masih dengan setianya mengait lengan Haewoon dan Hyunoo yang asik bercanda dengan Kyuhyun.

Entahlah, Jaehee memang orang seperti itu. Ia mudah sekali bergaul dengan orang lain. Terutama dengan yeoja seperti Haewoon. Yah, mungkin karena ia anak tunggal dan sangat senang jika ada orang yang bersedia berteman dengannya. Jarang memang ada seorang anak gadis yang terlahir tunggal di keluarga kaya namun memiliki hati mulia dan ramah layaknya Jaehee. Gadis-gadis seperti biasanya lebih dominan dengan sifat sombong dan angkuh.

“Tuan muda Cho….” Ucap pelayan rumah itu seraya membukakan pintu dan membungkukkan badannya.

Dan didetik berikutnya, Kyuhyun, Haewoon, Hyunoo dan Jaehee pun memasuki rumah mewah itu. Sepintas ada rasa canggung dihati Haewoon begitu melewati ruangan ini untuk berjalan menuju ruang tengah. Mengingat apa yang didengarnya kemarin atas ucapan dan isakkan Nyonya Cho. Tapi apalah itu, ia tetap berusaha kuat. Demi Hyunoo!

“Eomma!” pekik Kyuhyun setelah mendudukkan Hyunoo di sofa dan beralih mencari ibunya itu.

Dan tak lama kemudian terdengar suara ketukan sepatu yang sedang melangkah turun menggema di ruangan ini, semua orang pun sentak menoleh ke sumber suara dan langsung menemukan Nyonya Cho tengah berjalan menuruni tangga dengan tangannya yang terlipat di depan dada dan matanya yang mengisyaratkan sebuah kesinisan, “Kalian sudah datang?” tanyanya ketus.

Haewoon yang sudah duduk di samping Hyunoo itupun sentak berdiri dan membungkukkan sedikit badannya seraya memberi hormat, “Nde…” Jawabnya. Perlahan ia mendongak dan menatap wajah yeoja paruh baya yang kini telah berada di depannya itu. “Ini… Surat hasil tes DNA antara Kyuhyun dan Hyunoo. Kuharap kau bisa menerima anak itu.” Sambungnya seraya menyerahkan map coklat itu kepada Nyonya Cho.

Nyonya Cho menatap map itu sekilas sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya dengan salah satu sudut bibirnya yang terangkat, “Tidak perlu! Aku sudah percaya jika Hyunoo itu anak Kyuhyun. Dan aku juga sudah menerimanya….” Terdengar kini Nyonya Cho yang menurunkan nada bicaranya dengan matanya yang masih enggan menatap Haewoon. Ia lebih memilih untuk menatapi seluk beluk rumahnya itu.

Haewoon tergelak, benarkah ini? Nyonya Cho sudah menerima Hyunoo? Hh, biarpun ia berkata dengan nada yang pelan namun tak menatapnya, tapi sungguh! Setidaknya itu membuat Haewoon sedikit tenang. Dan sepertinya kata-kata Nyonya Cho tadi bisa dikatakan sedikit tulus, berbeda seperti kemarin, “Ah, gamsahamnida, Nyonya Cho….” Mata bulat yeoja itu berbinar seiring terbentuknya sebuah senyum kelegaan di kedua sudut bibirnya. Sungguh, ia tak menyangka Nyonya Cho sudah menerima Hyunoo. Bahkan ia tak perlu bukti berupa surat hasil tes DNA itu. Dan apa itu berarti sesuatu yang kemarin sempat di dengar Haewoon tentang Ahra itu telah dilupakan Nyonya Cho? Bagaimanapun juga, saat itu ia mendengar Nyonya Cho berkata bahwa ia menerima Hyunoo hanya karena Haewoon. Yeoja yang selama ini merawat Hyunoo.

“Benarkah, Eomma?” tanya Kyuhyun yang langsung memeluk ibunya itu. Tentu saja dengan wajahnya yang berbinar pertanda kesenangan yang kini bersarang di lingkup hatinya.

“Maaf, sebaiknya aku pergi saja. Mungkin aku akan mengganggu jika ada di sini. Permisi….” Ucap Jaehee tiba-tiba. Membuat seluruh mata memandang ke arahnya dengan bingung. Yah, sepertinya ia sempat dilupakan di tempat itu. Dan sepertinya memang lebih baik ia pergi karena ia tampak tidak dibutuhkan saat ini.

Nyonya Cho pun melepaskan pelukan Kyuhyun dan beralih menatap Jaehee lembut. “Tidak perlu, Heey~ya… Di sini saja, lagi pula ada yang ingin kami bicarakan denganmu.”

“Kami?” tanya Kyuhyun seraya menatap ibunya bingung. Benar saja, apa yang dimaksud dengan kami? Bukankan itu berarti ia juga termasuk?

Nyonya Cho berjalan mendekati Hyunoo dan duduk berjongkok di depan anak itu. Tak lupa, senyuman hangat juga tercipta untuk menghiasi wajah tuanya itu, “Hyunoo main di kamar sebentar, ada yang ingin Halmeoni bicarakan dengan Appa dan Eomma Hyunoo, juga Jaehee Imo.” Ucapnya lembut pada anak itu. Entahlah apa yang membuat Nyonya Cho seperti ini. Namun sepertinya ada sesuatu yang kini tengah direncanakannya. Sikapnya gampang sekali berubah. Terbukti dari keengganannya untuk menatap Haewoon tadi, dan kemudian ia tersenyum lembut kepada Jaehee juga Hyunoo.

Hyunoo menoleh dan menatap Haewoon sejenak sebelum akhirnya ia mengangguk dan mulai berjalan memasuki sebuah ruangan yang ada di rumah mewah itu.

Kyuhyun mendekat dan menggenggam lembut tangan Haewoon, kemudian membawanya duduk di sofa yang sudah diduduki oleh Nyonya Cho juga Jaehee, “Ada apa, Eomma? Kurasa ada sesuatu yang ingin Eomma bicarakan.”

Nyonya Cho tersenyum dengan matanya yang terus menatap Jaehee dan tangannya yang menggenggam erat tangan yeoja itu, namun didetik berikutnya ia menoleh ke arah Haewoon, “Haewoon, maafkan aku sebelumnya. Aku tahu kau Eomma dari Hyunoo. Yeoja yang melahirkannya dan merawatnya. Tapi kumohon… Lepaskan dia, aku ingin Hyunoo bahagia bersama kami.” Ucapnya dengan nada pelan.

Haewoon yang duduk di samping Kyuhyun dengan tangannya yang ada di genggaman Kyuhyun itupun sentak mendongak dan menatap Nyonya Cho tak percaya, “Tapi…,”

“Kumohon… Aku sudah menjodohkan Kyuhyun dengan Jaehee, dan aku ingin Jaeheelah yang akan menjadi Eomma Hyunoo.” Pelas Nyonya Cho, bahkan kini tampak ia duduk bersujud di depan Haewoon dengan kepalanya yang menunduk.

“Apa yang Eomma lakukan? Bangunlah….” Kyuhyun turut bersujud seraya membimbing ibunya itu untuk kembali duduk di sofa. Sungguh, ia terkejut sekaligus bingung dengan apa yang dikatakan ibunya tadi. Nyonya Cho ingin Haewoon meninggalkan Hyunoo karena Kyuhyun akan dijodohkan dengan Jaehee? Yang benar saja?! Bukankah malam sebelumnya mereka sudah berjanji untuk selalu bersama? Bahkan menurut rencana Kyuhyun, hari ini ia akan mengatakan pada ibunya itu bahwa ia ingin menikahi Haewoon. Tapi kenapa semuanya menjadi seperti ini?

Nyonya Cho menggeleng keras dan menahan tangan Kyuhyun yang membawanya untuk bangkit itu. Sungguh, ia sebenarnya tak ingin melakukan ini. Tapi apalah daya? Ia tak ingin Haewoon menjadi bagian dari keluarganya. Apapun alasannya! Ia hanya tak ingin itu terjadi. “Kumohon, Haewoon. Aku hanya ingin kau pergi dari kehidupanku. Aku sungguh takut terjadi peristiwa seperti waktu itu. Aku takut! Dan sekarang aku tak mau itu terulang lagi. Kumohon… Tinggalkan Hyunoo, biarkan kami yang merawatnya.” Perlahan buliran bening itu lolos dari pelupuknya. Sungguh hatinya terasa tertohok saat mengatakan kata-kata itu. Tapi mau bagaimana lagi?

Haewoon turut bersujud, meraih pergelangan yeoja paruh baya itu perlahan dan menggenggamnya. Jangan pikir jika airmata yeoja cantik itu tak turut keluar. Hh, bahkan itu sudah membasahi pipi mulusnya sejak Nyonya Cho bersujud di depannya tadi. “Nyonya Cho, aku tahu bagaimana perasaanmu. Aku tahu apa yang kau pikirkan tentangku. Yah, biarpun aku belum terlalu mengerti tentang itu dan sepertinya itu akan sulit untuk dimengerti. Sebelumnya aku minta maaf, karena kemarin aku mendengarmu berbicara di dalam kamarmu. Sungguh aku tak berniat melakukan itu tapi mendengarmu terisak membuatku mengurungkan niat untuk pergi. Dan tentang meninggalkan Hyunoo, baiklah jika kau mau itu. Aku akan melakukannya, asalkan kau membahagiakannya. Aku tak ingin ia tak bahagia.”

“Haewoon! Apa yang kau katakan?” sergah Kyuhyun seraya memandang Haewoon tak percaya. Sungguh ia bingung dengan jalan pikir kekasihnya itu. Apa sekarang Haewoon berubah menjadi sosok anak muda yang masih bisa dikatakan labil?

Haewoon menoleh ke arah Kyuhyun dan tersenyum sendu pada namja itu, bukan lebih tepatnya itu adalah senyuman yang dipaksakan “Sudahlah, Kyu. Aku hanya ingin Hyunoo hidup bahagia. Kupercayakan ia padamu.”

“Apa maksud dari yang kalian bicarakan?” ucap Jaehee menengahi dengan wajahnya yang tampak bingung menatap ketiga manusia yang ada di depannya itu.

Haewoon melongokkan kepalanya kepada Jaehee, “Bukan apa-apa… Aku hanya ingin kau yang merawat anakku mulai dari sekarang. Kupercayakan ia padamu dan Kyuhyun. Bahagiakan anak itu, jangan sampai ia menangis. Aku percaya padamu, Jaehee~ya….” Tutur Haewoon lembut dengan tatapan sendunya pada Jaehee. Sungguh, itu terlihat begitu tulus.

Kyuhyun menarik kedua bahu Haewoon agar yeoja itu menatapnya, “Tidak! Kau ingin meninggalkan aku dan Hyunoo, eoh? Tidak bisa! Apa kau tak memikirkan bagaimana perasaanku? Dan apa kau lupa? Bahkan baru tadi malam kita berjanji untuk selalu bersama demi Hyunoo. Kau lupa?” bentaknya. Kyuhyun benar-benar tak bisa menahannya lagi. Ia tak ingin Haewoon pergi meninggalkannya dan Hyunoo. Mengingat cintanya yang begitu besar pada yeoja itu.

“Maaf, aku harus mengingkari janji itu. Perasaanmu…, aku sungguh mengetahuinya, Kyu. Tapi kita harus melakukan ini. Demi Hyunoo. Maafkan  aku….” Lirihnya dengan senyuman yang masih sedia bersarang itu. Dan tak dapat dipungkiri, airmata itupun tak kunjung berhenti. Sekalipun Haewoon menarik nafasnya untuk menahan gejolak itu. Hasilnya tetap saja. Itu tetap mengalir dengan derasnya.

“Yeoja jahat! Aku tak menyangka bisa mencintai yeoja sepertimu, Lee Haewoon! Terserah apa yang ingin kau lakukan. Selagi itu membuatmu bahagia! Aku kecewa padamu!” teriak Kyuhyun dengan emosinya yang sudah di ambang batas. Dan seperkian detik kemudian Kyuhyun berjalan dengan langkah lebar menuju salah satu ruangan di rumah itu. Lebih tepatnya ruangan yang tadi dimasuki Hyunoo.

Haewoon menghela nafasnya berat dengan matanya yang menatap nanar punggung Kyuhyun yang kian lama kian menghilang dari pandangannya itu.  Dan setelah punggung namja itu menghilang dengan sempurna, Haewoon kembali menatap Nyonya Cho yang masih duduk bersujud dengan deraian airmatanya itu, “Baiklah, kalau begitu aku pamit dulu. Nyonya Cho, kuharap kau bisa membahagiakan Hyunoo. Ah, satu lagi. Sebenarnya aku bukan ibu kandung Hyunoo. Ia hanya anak yang selama ini kurawat. Terimakasih, Nyonya Cho. Permisi….” Perlahan Haewoon berdiri dan mulai melangkahkan kakinya menuju pintu utama rumah ini.

Nyonya Cho yang mendengar kalimat terakhir Haewoon itupun sentak mengangkat kepalanya dan seketika menghentikan isakkannya. Matanya memandang tubuh Haewoon yang mulai berjalan menjauh itu dengan tatapan tak percaya. Apa aku salah mengartikan? Lagi? Pikirnya dalam hati.

Beberapa langkah sebelum mencapai pintu utama itu, Haewoon kembali berbalik dan menatap Jaehee yang sepertinya belum mengerti dengan sesuatu yang baru terjadi di hadapannya itu. “Jaehee~ya, tolong katakan pada Hyunoo jika aku mencintainya. Ingat pesanku, jangan buat anak itu menangis.” Ucapnya sembari terus tersenyum. Tak perduli seberapa banyak airmata itu menjatuhi pipinya. Ia tetap mencoba untuk tegar dan kuat untuk menerima semua ini. Yah, karena hanya ini yang bisa ia lakukan. Apa lagi?

Jaehee berdiri dan menatap Haewoon nanar, “Eonni….” Lirihnya. Yah, benar saja. Otaknya terlalu lamban untuk mengerti dan mencerna semua itu. Terbukti dari matanya yang memancarkan kebingungan mendalam itu.

***

-Biarkan seperti ini untuk sementara waktu. Bukan, tapi untuk selamanya… Aku ingin hidup sendiri lagi seperti empat tahun yang lalu. Tanpa canda tawaku bersama anak itu lagi. Sungguh, sebenarnya aku tak tega meninggalkannya tanpa berpamitan dengannya. Tapi apalah daya? Aku bukan siapa-siapa. Aku hanya bisa melakukan apapun yang mereka minta demi membahagiakan anak itu. Yah, demi kebahagian anak itu, Hyunoo….-Lee Haewoon.

 

Tak ada lagi suasana cerah yang menyelubungi bumi kota Seoul ini. Dan kini langit sore itu telah sempurna tertutupi oleh gumpalan demi gumpalan awan hitam di atas sana. Bahkan air hujanpun sudah berjatuhan dengan derasnya. Tak dapat dipungkiri memang… Suasana seperti ini kadang dapat digunakan untuk menggambarkan suasana hati seseorang. Yah, yang pasti suasana hati yang sedang buruk.

Pandangan mata yang kian mengabur, nafas yang tak teratur, dan gemuruh di dada yang terasa menyesakkan. Haewoon duduk di salah satu halte yang ada di pusat kota Seoul itu dengan tubuhnya yang bergetar dan pipinya yang basah akibat sungai kecil yang terus mengalir. Sesekali ia menghela nafasnya untuk menetralkan kembali perasaannya dan menahan airmata itu agar tak kembali berjatuhan. Tapi apalah itu, ia tak bisa melakukannya. Bahkan untuk meredam suara isakkannya pun ia tak mampu. Beruntung karena di halte itu hanya ada ia seorang.

Haewoon menutup matanya erat dan kedua tangannya yang meremas ujung pakaiannya tak kalah erat, “Hyunoo… Hiks… Hyunoo….” Lirihnya bergetar. Sungguh, hatinya masih tidak bisa menerima semua ini. Biarpun tubuhnya sudah menerimanya dengan cara meninggalkan Hyunoo di rumah itu. Tapi tetap saja, seluruh pikirannya masih dipenuhi oleh sosok anak berkulit putih itu. Terlebih lagi dengan seorang Cho Kyuhyun yang tadi telah dibuatnya kecewa.

Dengan segenap kekuatan yang sudah dikumpulkannya, Haewoon menghela nafas untuk yang kesekian kalinya. Matanya perlahan terbuka dan genggaman tangannya pada ujung pakainnya terlepas. Dan kemudian tangan kanannya yang bergetar terangkat untuk mengambil sebuah benda di dalam tasnya.

Haewoon tersenyum getir begitu melihat wallpaper ponselnya itu. Betapa bahagianya saat ia mengambil foto itu dan menjadikannya wallpaper ponselnya. Yah, di sana terdapat foto ia, Kyuhyun dan juga Hyunoo dengan posisi Hyunoo yang berada di antara Kyuhyun dan Haewoon yang tengah mengecup pipi anak itu. “Baiklah… Aku akan memulai segalanya dari awal. Tapi biarkan aku untuk mendengar suara anak itu untuk yang terakhir kalinya sebelum aku benar-benar menghilang dari kehidupannya.” Gumam Haewoon lirih di tengah suara gemuruh hujan yang menimpa atap halte yang kini di tempatinya itu.

Perlahan Haewoon menekan beberapa digit nomor di layar ponselnya itu dan kemudian meletakkannya di telinga kanannya. Menunggu sambungan telepon itu tersambung, dan tak lama kemudian akhirnya terdengar suara serak seorang namja di ujung sana, “Yeoboseyo, Kyu?” tanya Haewoon dengan suara tak kalah serak dengan suara namja itu.

“Hm, ada perlu apa kau meneleponku? Kurasa hubungan kita sudah berakhir.” Ucap Kyuhyun, namja itu dengan nada datar dan dinginnya di seberang sana.

Haewoon yang mendengar ucapan Kyuhyun itupun sentak merunduk dan kembali menghela nafasnya. Lagi dan lagi, airmata itu lolos dari benteng pertahanannya, “Mianhae… Tapi aku harus melakukannya. Maafkan aku, Kyu. Dan untuk terakhir kalinya, bolehkan aku mendengar suara Hyunoo. Sungguh aku merindukannya.”

Terdengar suara Kyuhyun yang tertawa sinis, “Untuk apa? Kau ingin membuatnya menangis lagi, eoh? Jika tidak maka jangan harap kau bisa mendengar suaranya lagi!”

Haewoon membulatkan matanya dan menatap lurus ke arah depan, “Apa Hyunoo menangis?”

“Hm, dan itu karenamu. Kau tahu? Sejak Hyunoo melihatmu keluar dari rumah kami dari jendela kamarku, ia menangis. Aku sudah melarangnya agar tidak melihatmu pergi dan mencoba untuk mengajaknya bermain. Tapi apa? Ia tetap tak mau dan lebih memilih untuk menangis di pojok kamarku. Aku bingung, apa yang harus kulakukan. Tak bisakah kau bayangkan bagaimana perasaannya? Eoh?”

Mendengar seluruh penjelasan Kyuhyun itu, Haewoon sentak semakin menjatuhkan airmatanya. Membiarkannya terus menerus membasahi pipi mulusnya itu, “Geu…, geureom… Bagaimana keadaannya sekarang?”

Kyuhyun menghela nafasnya berat, “Ia sedang tidur di sampingku setelah aku menenangkannya.”

“Bisa kau bangunkan ia sebentar? Sungguh aku ingin mendengar suaranya. Kumohon, Kyu. Aku berjanji ini akan menjadi yang terakhir kalinya.”

“Tidak, aku tidak akan membangunkannya.” Elak Kyuhyun dengan suaranya yang masih terdengar sedikit serak di seberang sana.

“Kumohon….” Pelas Haewoon sembari terus mengeluarkan buliran bening itu dan tangannya yang meremas kuat ponsel yang masih setia menempel di telinganya itu.

Kali ini Kyuhyun yang menghela nafasnya berat sebelum akhirnya berkata, “Baiklah…, tunggu aku di rumahmu. Aku akan ke sana dengan Hyunoo.”

“A-ani-aniya, Kyu… Jangan bawa ia ke rumahku. Aku takut tak bisa melepasnya lagi. Dan sekarang aku hanya ingin mendengar suaranya. Itu saja cukup….” Haewoon menggelengkan kepalanya. Yah, biarpun itu tidak bisa dilihat Kyuhyun. Ia hanya berharap Kyuhyun tidak benar-benar dengan perkataannya itu. Sungguh ia takut.

“Dan aku lebih takut jika nanti Hyunoo kubangunkan dan ia kembali menangis dan mencarimu. Apa lagi yang bisa kulakukan selain membawanya kepadamu, eoh?! Dan apa kau tak memikirkan juga bagaimana perasaanku di sini? Aku tersiksa, Haewoon! Aku sungguh tak bisa hidup hanya berdua dengan Hyunoo. Kami membutuhkanmu! Bahkan belum 3 jam kau pergi dari rumahku dan meninggalkan kami. Tapi aku, bahkan Hyunoo merasa sangat kehilanganmu.”

Haewoon tergelak. Matanya masih menatap lurus ke arah depan dan dapat dilihat di bola mata indahnya itu terdapat gumpalan-gumpalan air yang kembali berkumpul, “Kyu….”

“Kumohon… Biarkan aku membawanya padamu. Aku juga ingin bertemu denganmu. Dan bisa kupastikan bahwa ini bukan untuk yang terakhir kalinya. Karena aku tahu, kau juga tak ingin melepaskan Hyunoo dan membiarkanku menikah dengan Jaehee. Aku hanya mencintaimu, Lee Haewoon….”

“Maafkan aku, Kyu….” Ucap Haewoon dengan suara yang sangat amat pelan sebelum akhirnya ia memutuskan sambungan telepon itu secara sepihak. Sungguh, hatinya masih belum bisa menerima semua ini. Haewoon tak menyangka, dirinya yang dipikirnya kuat dan tegar, kini justru terlihat sangat lemah. Begitu berartikah seorang anak bernama Hyunoo itu dikehidupannya? Bahkan saat ia memutuskan untuk meninggalkan anak itu, ia justru tak bisa. Hatinya selalu membawanya untuk bertemu dengan anak itu. Tapi sekarang… Apa yang bisa ia perbuat?

“Arghhh….” Pekik Haewoon sembari menepuk-nepuk dadanya kasar sebelum akhirnya melemparkan benda bernama ponsel itu kesembarang tempat. Membiarkannya terjatuh dan hancur berkeping-keping. Tak perduli dengan apa kata orang yang mungkin melihatnya. Yang pasti pikiran dan hatinya tengah betengkar hebat saat ini.

Perlahan kedua kaki Haewoon terangkat untuk melangkah meninggalkan halte ini. Tak perduli semakin derasnya hujan dan semakin gelapnya langit malam yang menyelubungi. Ia tetap berjalan dengan langkah gontai menyusuri trotoar yang memang diperuntukkan bagi para pejalan kaki itu. Entahlah, pikirannya tiba-tiba kosong. Ia bingung dengan apa yang kini tengah dipikirkannya, dan itu justru terus menggerogoti tubuhnya sehingga terasa semakin lemah. Dan akhirnya…

“Hyunoo~ya… Kyuhyun~ah….”

BRAK!

 

-TBC-

Author:

crazy girl called 'me'

80 thoughts on “[SERIES] “Uri Aegy Saranghaeyo!” Part. 4

  1. m
    ooww.. apa yang terjadi sama haewon?
    masaahnya nyonya cho itu apa sih,, sebegitu bencinya sama haewon.
    kenapa nyangkanya hyuno anaknya haewon, padhal anaknya kyuhyun sma kekasih nya terdahulu.
    klau nyonya cho tausegalnya pasti dia lebih mrah sma kyuhyun,,

  2. ah aku mangis baca part ini T.T coba pas adegan Hyunoo liat Haewoon pergi, itu lebih klimaks lagi pasti walaupun sedih T.T kira kira masa lalu apa yang bikin Nyonya Cho benci sama Haewoon? dan kenapa Nyonya Cho anggap Haewoon ibu kandungnya Hyunoo? disini cara Kyuhyun buat mempertahankan Haewoon ga greget gie 😐

  3. Knpa? Apa haewoon jatuh ato ketabrak?
    Nyonya cho tu gmna ya? Ga ngejelasin tp lgsng ambil kputusan… Haewoon jg, lgsng ia aja dg maunya nyonya cho.. Akh! Sedih kan?!

  4. tunggu dulu salah mengartikan LAGI berartikan ny cho pernah salah mengartikan sebelumnya apa jangan jangan ini ada hubungannya sama kematiaan ahra??

  5. Sebenernya apa sih yg dilakukan haewon dimasa lalu sehingga buat nyonya cho benci sama haewoon!?? kasian hyunoo dia pasti kangen banget sama haewoon!! lanjut ke next part!!

  6. kasihan heewon
    dia g tau apa yg terjadi sebenrny
    tp apa mau dikata
    bahkan ny cho sampai bersujud mohon sama dia untuk menjauhi kyuhyun

  7. huuaaa~ part ini menyedihkan bnget !
    kasihan haewoon,kyuhyun&hyunoo… itu haewoon ketabrak ?? ah semoga haewoon nggak apa2 !!

  8. aigoo~ haewoon kenapa…jatuh kayaknya… part ini berderai air mata…sungguh sedih banget… nyonya cho hutang penjelasan tentang ahra… butuh flashback…
    tp ntar jaehee gimana…jd cameo tp jadi pihak tersakiti ntar…

  9. huaaaa sedih bnget sumpah part ini bikin nyesek bnget….smpe nangis bc’y
    haduhhh jngan putus dong sm kyuhyun…en jngn tinggalin hyunoo en kyu….kasiana mreka
    ommooo ntuh si haewoon ketabrk yaa….aihhh pnasarn
    cuzzzz ke part 5

  10. haewoon knp? pingsan kah?
    awal² nya bahagia bgt ehhh pas mau ending malah sedih…
    Kesian Kyu, haewoon dan iri aegy mereka hyunoo…
    next… keep writ and hwaiting thor^^

  11. Ih penasaran banget deh sama masa lalunya Haewoon.. ada apa sih sampe eomma kyu segitunya
    Dan buat Kyu bagus! Perjuangin Haewoon terus. Tapi bingung kenapa Kyu ga berusaha cari tau ada apa ya sama masa lalu Haewoon

Leave a reply to Futatu Cancel reply