Posted in Family, Hurt, Married Life, Romance, Sad

[TWOSHOOT] “I Got My Family” [Kyu-Woon Family]

Author: Anggieeeee

Fb: Anggie Oktaviani

Twitter: @anggiee991014

Tittle: “I Got My Family”

Length: TWOSHOOT

Genre: Sad, Romance, Family, Married Life, etc

Rate: PG 13

Cover: By. Me!

Cast: -Cho Kyuhyun

 -Lee Haewoon

 -Lee Jiwoo/ Cho Jiwoo

Disclaimer: This story is pure of mine. I made it depend on my imagination. So, don’t bash me! Don’t copas, okay? Be carefull of TYPO!

Tak mau banyak bacot… Langsung saja baca ini FF. Ga tau bermutu apa gak #Plak hehe… Tapi jangan bosen-bosen yah… lagi-lagi FF Anggie tuh berbau Family, yang punya Baby gitu… XD U know, I like that… Haha… =D tapi jangan lupa ninggalin jejak yah… yang habis baca… komen woy… komenn… ^_^

-PROLOG-

               Dentuman musik itu terdengar menggema di ruangan yang lebih dominan dengan warna merah dan hitam ini. Tidak, tempat ini bukan pub atau sejenisnya. Tapi tempat di mana orang-orang bisa melihat atraksi-atraksi menarik dari para pesulap profesional.

               Di sebuah kursi yang terletak di barisan paling depan. Kursi yang memang sudah di pesan khusus dengan harga mahal untuk memudahkan orang melihat atraksi sulap itu. Bahkan dengan jarak dekat. Tampak sepasang pria dan wanita itu tengah duduk dengan kedua tangan mereka yang saling bertautan. Sesekali mereka tersenyum dan berdecak kagum dengan apa yang mereka lihat di tempat itu.

               “Aigoo… Kenapa bisa seperti itu?” tanya Haewoon, wanita itu sembari menatap kagum ke arah seorang gadis pesulap yang tengah memainkan api dengan lihai. “Kenapa tidak takut terbakar?” tambahnya.

                Kyuhyun, suami Haewoon. Tersenyum melihat ekspresi yang ditampilkan istrinya itu. “Ia sudah sering berlatih, sayang… Maka dari itu ia tak takut terbakar.”

               “Hm… Bisa kau tanyakan siapa namanya, Oppa? Kurasa aku menyukainya. Pertunjukannya sangat mengesankan daripada yang lain.”

               “Tentu saja. Tunggu sebentar.” Kyuhyun melepaskan tautan tangan mereka. Ia berdiri dan menghampiri seorang pria berpostur tegap yang duduk di sebuah kursi tak jauh darinya. Dan beberapa saat kemudian ia kembali duduk di samping Haewoon dengan tangan mereka yang kembali bersatu. “Namanya Kan Song Yeong.”

                Haewoon mengangguk, “Oh, Kan Song Yeong. Sangat jarang aku menemukan marga Kan sepertinya.”

               “Margaku juga, bukan? Cho. Jarang sekali orang yang memiliki marga itu.”

               “Ya, benar….”

               “Apa mungkin aku berjodoh dengannya?”

               “YAK! OPPA!”

               Kyuhyun tertawa, “Aku hanya bercanda, sayang….”

***

               Haewoon menghempaskan dirinya begitu saja di sofa merah yang ada di ruang tengah rumahnya. Sungguh lelah setelah satu hari penuh melayani pelanggan di café yang baru dibukakan Kyuhyun untuknya. Memang ia pemiliknya, tapi ia juga tidak mau berdiam diri. Jadilah ia terjun langsung untuk menjadi pelayan.

              “Apa Kyuhyun Oppa belum pulang?” gumamnya sembari memperluas pandangannya ke seluruh penjuru rumah mewah tersebut. Hingga akhirnya matanya berhenti di satu titik. Tepat pada sebuah pintu kamar, lebih tepatnya pintu kamarnya dan Kyuhyun. Haewoon lantas berdiri untuk masuk ke kamar itu. Mungkin saja suaminya sedang beristirahat di sana. Namun langkahnya terhenti begitu suara-suara aneh terdengar begitu saja di gendang telinganya.

               Dengan langkah pelan dan sekujur tubuhnya yang mendadak bergetar. Haewoon tetap memberanikan dirinya untuk mendekati pintu kamar itu. Tangan kanannya terangkat untuk meyentuh knop pintu. Dan pada saat itu juga, tubuhnya seolah membeku begitu suara aneh itu kembali terdengar.

              “KYA!! KYUHYUN OPPA!! HENTIKAN!!”

              “HAHA! KAN SONG YEONG, KAU MILIKKU HARI INI! HAHA!!”

               Haewoon sentak menutup mulutnya. Menahan isak tangisnya agar tidak mengeluarkan suara. Suara itu… Suara suaminya. Dan apa tadi ia bilang? Kan Song Yeong? Gadis pesulap itu? Apa yang mereka lakukan di dalam sana?

***

 

_PARIS_

               Liburan. Saat-saat yang sangat ditunggu banyak orang untuk sekedar beristirahat dari segala pekerjaan. Begitupun dengan anak-anak, mereka tampak sangat senang karena bisa menghabiskan waktu dengan bermain. Tak sedikit pula dari mereka yang memilih berlibur ke luar negeri untuk bersenang-senang.

               Tapi sepertinya itu tidak berlaku pada sosok anak laki-laki berkulit putih pucat berusia 7 tahun ini. Biarpun sekarang sudah liburan, ia merasa ini sangat membosankan. Jujur saja, ia lebih menyukai hari sekolah seperti biasa. Yah, baginya saat-saat di sekolah ia justru memiliki banyak teman. Dan jika liburan seperti ini, ia hanya berdua dengan ibunya. Biarpun terkadang ibunya mengajaknya jalan-jalan keliling kota seperti hari ini.

               “Eomma, Jiwoo mau seperti itu.” Ucap Jiwoo sembari menunjukkan jarinya pada segerombolan anak-anak yang tengah belajar sulap. Yah, mungkin jika ia bergabung, ia tidak akan merasa bosan.

                Haewoon, ibu Jiwoo, mengikuti arah pandang anaknya itu. Lantas merunduk dan menyamakan tingginya dengan Jiwoo. “Jiwoo mau main sulap?”

               Jiwoo mengangguk.

               “Tapi kita belum makan. Dan sepertinya sulap itu akan lama.”

               “Eomma….”

               “Ayolah, sayang… Nanti setelah kita makan kita ke sana, oke?”

               Jiwoo terdiam seraya memikirkan kata-kata ibunya itu. Setelah makan? Oh, ayolah… Tidak menutup kemungkinan jika sulap itu sudah usai. Dan Jiwoo sangat paham, jika sebenarnya ibunya itu tidak mengizinkannya. Hanya saja dengan cara yang berbeda seperti ini.

               “Bagaimana?”

               “Baiklah….” Putus Jiwoo akhirnya. Dengan langkah malas ia berbalik, berjalan dengan tangan kanannya yang digandeng Haewoon. Taman kota Paris untuk hari ini tampak sangat ramai memang, mengingat ini adalah hari libur. Liburan lebih tepatnya.

               Sesekali Haewoon menunduk, menatapi langkah kecil anak semata wayangnya itu dengan pandangan kecewa. Yah, ia memang tidak mengizinkan Jiwoo untuk mengikuti atau menonton sulap itu. Karena ia sendiri tidak menyukainya. Bukan tidak suka sebenarnya, tapi karena sulap itu mengingatkannya akan sesuatu yang mungkin tidak akan pernah hilang di otaknya.

               Jiwoo, anak itu memang dilahirkan dari rahim seorang Lee Haewoon di Paris 7 tahun silam. Dan sejak itu pula ia menetap di Paris tanpa berniat sedikitpun kembali ke negara asalnya, Seoul. Tapi jika ditanya, siapa ayah Jiwoo? Cho Kyuhyun. Itulah jawabannya. Yah, pria itu mantan suami Haewoon. Dulu mereka menikah karena orangtua Haewoon yang menjual Haewoon pada Kyuhyun. Entah apa tujuan orangtua itu, mungkin karena uang? Tapi benar saja, dulu Kyuhyun sempat menggilai sosok Haewooon. Namun semua itu terlupakan begitu saja saat ia menemukan sosok wanita lain yang mungkin lebih cantik daripada Haewoon. Dan dengan alasan itulah, 7 tahun yang lalu Haewoon yang tengah mengandung Jiwoo memutuskan untuk bercerai dan pindah ke Paris tanpa pengetahuan siapapun. Bahkan saat itu Kyuhyun dengan senang hati menandatangani surat cerai yang diajukan Haewoon dan tidak memikirkan sama sekali apa yang tengah terjadi pada wanita itu.

               ‘Jiwoo hanya milikku. Hanya ia yang kumiliki di dunia ini. Eomma dan Appa membuangku, pria yang kucintai justru berselingkuh, dan teman-temanku seolah membenciku hanya karena kelakukan orangtuaku. Jadi, tak ada salahnya bukan jika aku pergi dari kehidupan Seoul dan membuka lembaran baru dengan putraku? Hanya dengan putraku!’

               Itulah kata-kata yang terus terngiang di otak Haewoon jika ada seseorang yang bertanya ke mana suaminya dan kenapa ia hanya berdua di Paris bersama Jiwoo. Ia  punya alasan dan tidak ada seorangpun yang bisa menyangkal alasan itu. Karena itu benar!

               “Makan di sana saja, Eomma.” Ucap Jiwoo sembari menunjuk sebuah restoran Korea. Mata anak itu berbinar seketika melihat tulisan-tulisan Hangeul yang terpasang indah di bagian atas restoran itu. Yah, anak itu begitu menyukai negara kelahiran ibunya itu. Tapi sayang, saat ia berkata ingin pergi ke Seoul, Haewoon selalu menolaknya dengan alasan pekerjaan. Padahal masih banyak waktu luang, seperti liburan ini. Tapi apalah, Haewoon tetap tidak mau.

               Haewoon mengangguk, ia tahu benar anaknya itu ingin ke sana karena ingin makan Jajangmyeon. Makanan favoritnya sejak pertama kali Haewoon mengajaknya makan ke restoran Korea. “Baiklah, Jiwoo ingin makan Jajangmyeon lagi, eoh?”

               Jiwoo mengangguk semangat, “Yes, mom. Kajja!”

***

 

               “Makannya pelan-pelan, sayang….” Haewoon tersenyum simpul sembari mengangkat tangannya untuk menyapu sisa makanan yang menempel di pipi Jiwoo.

               Jiwoo mengangguk dan membalas senyuman ibunya itu. Entahlah, setelah menghabiskan 2 mangkuk Jajangmyeon sepertinya anak itu sudah lupa dengan tujuannya tadi. Sulap, yah itu. Buktinya sekarang ia tampak sangat sibuk dengan santapannya itu. Bahkan ia tak menghiraukan pandangan ibunya yang sejak tadi duduk berhadapan dengannya.

               Haewoon menggeleng tak percaya. Yah, dilihat-lihat anak ini sangat mirip dengan ayahnya. Hidungnya yang mancung, kulitnya yang putih pucat, bahkan hobi mereka. Kyuhyun termasuk orang yang pintar dan Jiwoo pun seperti itu, terlebih lagi dengan makanan yang kini disantap anak itu. Kyuhyun juga menyukai makanan itu. Astaga… Bagaimana bisa? Bahkan ia tidak pernah sama sekali memberitahu Jiwoo tentang siapa itu Kyuhyun.

               Jiwoo terdiam. Dua buah sumpit yang tadi masih berada di tangannya kini tergeletak begitu saja di sisi mangkuk. Wajahnya pun memerah seketika, seolah menahan sakit yang mendadak menyerangnya. Ia mendongak, menatap Haewoon dengan keringat yang mengucur dari pelipis putihnya. “Eomma… Sakit perut….” Adunya sembari meremas perutnya.

               “Aish, kau ini. Yasudah, ke toilet dulu.” Haewoon lantas berdiri, menggendong Jiwoo dan membawa anak itu ke toilet yang ada di restoran itu. Raut kepanikan terpancar jelas di wajahnya saat melihat anaknya yang terus meringis seperti itu. Bodoh, ini salahnya! Kenapa tadi ia membiarkan Jiwoo meminta tambah satu mangkuk lagi. Jadilah semuanya seperti ini. Seharusnya ia tahu jika Jiwoo tidak tahan makan terlalu banyak.

               Setelah tiba di depan toilet pria, Haewoon menurunkan Jiwoo dari gendongannya. Lantas mendorong anak itu untuk masuk sendiri. Sudah biasa memang jika Jiwoo harus masuk toilet pria sendirian. “Eomma tunggu di sini.”

               Jiwoo mengangguk. Tanpa perlu aba-aba lagi, anak itu lantas berlari masuk ke dalam toilet itu. Tapi sial, mungkin karena lantainya yang baru saja dipel dan itu licin. Jadilah Jiwoo terjatuh dengan posisi kaki kanannya yang terlipat ke belakang. “Aaww… Appo!!” pekiknya tertahan.

               “Aigoo… Kau kenapa? Sini bangun Ahjussi bantu.” Ucap seseorang yang ada di dalam toilet itu. Ia lantas mengangkat tubuh Jiwoo dan mendudukkannya di pangkuannya. “Mana yang sakit?”

               “Kaki Jiwoo… Ah, itu sangat sakit… Aww….” Ringis Jiwoo dengan sesekali menggigiti bibir bawahnya. Tapi anehnya, sakit perutnya mendadak hilang saat ia terjatuh tadi. Dan justru di gantikan dengan rasa yang lebih sakit di bagian kakinya.

               “Kita obati di luar.” Orang itu menggendong Jiwoo di depan tubuhnya dan membawanya keluar toilet. Tak bisa disangkal, ia juga sempat panik saat tadi mendengar pekikan Jiwoo saat di toilet. Beruntung karena tadi Jiwoo sempat berteriak dengan bahasa Korea yang pernah di ajarkan ibunya. Jadilah orang itu dengan sigap menolong Jiwoo karena dipikirnya mereka datang dari negara yang sama.

***

 

               Haewoon sendiri hanya bisa berdiri di depan pintu toilet sembari menggigiti kuku tangannya karena cemas dengan Jiwoo. Sempat ia berpikiran untuk masuk dan melihat anak itu. Tapi karena ingat itu toilet pria, jadilah ia harus mengurungkan niatnya itu dan lebih memilih menunggu di luar.

CEKLEK!

 

               Pintu itu terbuka. Haewoon dengan segera menoleh untuk mengetahui siapa yang keluar, mungkin saja Jiwoo. Tapi tatapan Haewoon sentak membeku begitu melihat siapa orang itu. Matanya membulat tak percaya dan tubuhnya terasa dingin seketika.

               ‘Kyuhyun Oppa? Kenapa ia bisa ada di sini? Dan Jiwoo… Kenapa anak itu bersamanya?’

               Batin Haewoon gusar. Dengan keberanian yang sudah ditekadkannya, ia melangkah mendekati Kyuhyun yang juga tampak terdiam dengan posisi Jiwoo yang masih di gendongannya.

                “Eomma….” Lirih Jiwoo bergetar setelah menolehkan kepalanya. Kedua mata anak itu tampak sembab karena menangis. Wajahnya pun tampak memerah.

               Haewoon mengalihkan pandangannya dari manik mata Kyuhyun yang sejak tadi di pandanginya. Kedua tangannya terangkat untuk mengambil alih gendongan Jiwoo lalu membawa anak itu tanpa sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Jujur, sebenarnya ia sangat muak melihat wajah pria itu. Bahkan sejak 7 tahun yang lalu. Tapi kenapa sekarang Tuhan justru mempertemukan mereka? Bahkan dengan Jiwoo yang tadi sempat berada di gendongan pria itu.

               “Kita pulang, sayang.” Ucap Haewoon datar sembari mengambil tasnya yang tergeletak di atas meja. Ia melangkah meninggalkan restoran itu dengan hati yang sungguh bergemuruh tak karuan. Beruntung karena tubuh Jiwoo yang tidak terlalu berat dan anak itu sendiri tidak cerewet.

               Begitu sampai di depan restoran itu, Haewoon mengedarkan pandangannya. Mencoba menemukan taksi yang akan membawanya ke rumah sederhananya bersama Jiwoo. Dan tak lama kemudian sebuah mobil taksi putih tiba di hadapan mereka. Tak perlu pikir panjang lagi, Haewoon sentak menaiki mobil itu dan memberitahu supirnya ke mana tujuan mereka.

***

 

               Bingung. Yah, itulah yang kini meggerogoti kepala seorang Cho Kyuhyun. Sungguh ia masih tidak percaya dengan siapa yang ditemuinya tadi. Haewoon? Mantan istrinya itu? Lalu, siapa anak yang tadi ingin ditolongnya tapi Haewoon langsung mengambilnya? Anaknya atau adiknya? Jika anaknya, apa wanita itu sudah menikah lagi?

               Kyuhyun menghempaskan dirinya di kasur empuk yang ada di apartemennya itu. Tangan kirinya bergerak untuk memijat pelan pelipisnya yang terasa sedikit pusing. Benar-benar… Kejadian singkat tadi sungguh membuatnya tidak bisa berpikir jernih. Bayangan tentang kebersamaannya dengan Haewoon dulu kembali berputar di otaknya. Bodoh! Ia baru sadar jika saat itu ia sangat bodoh! Bagaimana bisa ia dengan mudahnya menerima surat cerai yang diberikan Haewoon padanya sedangkan dirinya masih mencintai wanita itu. Bahkan sampai saat ini! Hanya saja saat itu ia dibutakan oleh rayuan maut seorang gadis yang ternyata hanya berniat memeras uangnya.

               “Arrgghh!” erangnya frustasi. Ia mengambil ponselnya yang ada di saku jasnya, lantas menekan beberapa nomor yang sudah dihafalnya di luar kepala. Setelah beberapa saat, panggilan itu tersambung. Kyuhyun pun meletakkan ponsel itu di telinga kanannya. “Yeoboseyo? Tuan Shin, bisa bantu aku?” ucapnya pada seseorang di seberang sana. Lebih tepatnya pada seorang Detektif yang bisa dikatakan cukup dekat dengannya.

               “Tentu, Tuan.”

               “Cari tahu semua tentang Lee Haewoon, kurasa selama ini ia tinggal di Paris. Cari juga identitas seorang anak laki-laki yang bersamanya.”

               “Baiklah, tunggu sebentar,”

               Kyuhyun mengangguk, biarpun detektif itu tidak akan melihatnya. Yah, detektif itu memang Kyuhyun gunakan selama ini untuk menyelidiki di mana keberadaan Haewoon. Tapi hanya di sekitar Seoul.

               “Tuan Cho? Saya menemukannya, ia memang tinggal di Paris. Tapi tidak menggunakan nama Haewoon. Pantas saja selama ini kita sulit melacak keberadaannya. Tapi didata-data ini, tempat kelahiran dan segalanya sama persis dengan Nyonya Haewoon.”

               “Baik, siapa namanya?”

               “Dedellin Lee, dan putranya Marcus Lee. Mereka tinggal di sebuah rumah sederhana selama kurang lebih 7 tahun belakangan ini. Untuk alamatnya akan saya kirim lewat pesan.”

               “Apa kau bilang? Putranya?”

               “Nde, menurut data-data ini, anak laki-laki itu putranya.”

               “Lalu statusnya? Sudah menikah, seperti itu?”

               “Kurasa belum. Ia hanya tinggal berdua dengan anak itu.”

               “Oh, baiklah… Terimakasih atas informasinya, Tuan Shin.”

               “Sudah menjadi kewajibanku, Tuan. Dan maaf karena baru kali ini aku menjalankan tugasku dengan baik.”

               “Tak apa. Yang penting sekarang aku menemukan keberadaannya.”

               “Ne, gamsahamnida.”

               “Nado,”

Bip!

               Kyuhyun mematikan flip ponsel itu lalu meletakkannya di atas nakas. Pikirannya kembali melayang dengan apa yang dikatakan Detektif Shin tadi. Anak itu… Putranya? Lalu siapa ayahnya? Bukankah tadi menurut data itu Haewoon sendiri belum menikah?

               “Apa mungkin Haewoon mengadopsi anak itu untuk menemaninya hidup di Paris?” gumam Kyuhyun sembari menerawang kejadian yang akan terjadi selanjutnya.

               Ia kembali menoleh, menatap ponselnya yang bergetar. Lantas mengambilnya dan membaca kalimat demi kalimat yang dituliskan Detektif Shin. Tanpa harus mengulur waktu lagi. Kyuhyun sentak berdiri, mengambil kunci mobilnya dan berlari keluar apartemennya itu.

               “Tunggu aku, Haewoonie!”

***

 

               Detik demi detik berlalu. Meninggalkan sebuah kenangan yang mungkin akan dilupakan atau terus diingat oleh setiap orang. Dengan semburat kekuningan yang kini tampak menghiasi langit sore. Haewoon berdiri di balkon kamarnya sembari menatap lurus ke arah matahari yang tengah dalam perjalanan pulang itu. Ini memang kebiasaannya setiap hari bersama Jiwoo. Namun karena sekarang anak itu kurang sehat, jadi Haewoon melakukannya sendiri sedangkan Jiwoo beristirahat di kamarnya.

               Sepercik senyuman itu terkembang di wajah cantik Haewoon. Namun sayang karena itu lebih terlihat seperti senyuman yang sarat akan kesedihan. Sebenarnya ia tak ingin tersenyum, tapi entah mengapa, melihat pemandangan sore yang cukup indah ini ia justru mengembangkan senyuman itu.

               Perlahan Haewoon menunduk, menatapi tangan kanannya yang tengah menggenggam sesuatu. Ia mengangkat tangannya itu. Membukanya dan memperhatikan benda berwarna perak itu dengan saksama.

               Cincin. Yah, benda itu cincin. Lebih tepatnya cincin pernikahannya dulu bersama Kyuhyun. Jujur saja, cincin itu sangat indah dan Haewoon ingin sekali memakainya. Tapi mengingat bagaimana statusnya sekarang membuatnya mengurungkan niatnya itu dan lebih memilih untuk menyimpannya. Ya, biarpun ia sudah bercerai dengan pria yang masih dicintainya itu. Tapi ia tetap menyimpan cincin itu, karena hanya benda itu yang bisa mengobati rasa rindunya selama ini. Seperti sekarang, hanya dengan menatapi cincin itu. Kegundahan dalam hatinya perlahan menghilang.

               “Maafkan aku….” Lirihnya sembari kembali menggenggam cincin itu. Matanya mendadak terasa kabur dan wajahnya terasa panas. Haewoon lantas menyimpan cincin itu ke dalam saku dress-nya lalu menangkupkan kedua tangannya di pipinya.

               Ia menggeleng kuat. “Tidak… Jangan menangis, Lee Haewoon. Jangan….” Ucapnya sembari terus menggelengkan kepalanya. Benar, ia tak boleh menangis hanya karena mengingat pria bernama Kyuhyun itu. Terlebih lagi dengan kejadian tak di sengaja tadi siang. Tidak… Ia wanita yang kuat. Tidak boleh menangis.

               “Jiwoo,” Haewoon menekan kelopak matanya sebelum akhirnya membuka dan berlari ke kamar Jiwoo. Anak itu… Yah, dengan melihat anak itu ia bisa merasa tenang. Sama halnya dengan cincin, Jiwoo adalah satu-satunya orang yang ditinggalkan Kyuhyun padanya. Jika diibaratkan, cincin itu bendanya dan Jiwoo orangnya.

 

TING TONG….

 

               Belum sempat Haewoon melangkahkan kakinya untuk mencapai kamar Jiwoo. Bel rumahnya itu sentak berbunyi dan menggema di ruangan yang ada di rumah itu. Haewoon menghela nafasnya perlahan, tangannya terangkat untuk menyapu bekas air mata yang tadi sempat jatuh. Lalu turun ke lantai bawah untuk membukakan pintu pada tamu itu.

CEKLEK!

 

               “Haewoonie….”

               Haewoon sentak membeku melihat siapa orang yang tadi menekan bel rumahnya. Matanya yang tadi sudah ia rasa tidak mengeluarkan air lagi, kini justru kembali terasa kabur. Oh, tidak… Jangan katakan jika ia menangis di depan orang itu. Kyuhyun.

GREP!

 

               “Ke mana saja kau selama ini? Aku merindukanmu, kau tahu?” ucap Kyuhyun setelah menarik lengan Haewoon dan membawa wanita itu kepelukannya. Mendekapnya dengan erat dan hangat. Sungguh, ia merindukan wanita ini. Entah bagaimana bisa kini ia menemukan Haewoon setelah beberapa tahun terakhir ia susah payah mencarinya.

               Haewoon masih diam. Bahkan ia tidak menolak ataupun berontak saat Kyuhyun memeluknya. Jujur saja, ia merasa nyaman dengan posisi yang seperti ini. Setelah 7 tahun lamanya, ia tak mendapatkan pelukan hangat seperti ini selain dari Jiwoo. Dan untuk yang kali ini. Sungguh ia merasa berbeda. Jika biasanya ia merasa jika ia yang melindungi Jiwoo lewat pelukannya. Maka sekarang justru ialah yang merasa dilindungi.

               Kyuhyun menenggelamkan kepala Haewoon ke dada bidangnya, sedangkan kepalanya ia sembunyikan di sela-sela rambut wanita itu. Ini posisi favoritnya saat dulu mereka masih bersama. “Haewoon, jawab aku. Kau ke mana saja, eoh?”

               “Ma-maaf… Maafkan aku….” Lirih Haewoon sembari menggerakkan tangannya untuk mendorong dada Kyuhyun. Ia menunduk setelah berhasil melepaskan pelukan mereka. Tubuhnya yang tadi bergetar ringan kini justru bergetar hebat.

               “Wae? Ada apa?” Kyuhyun mendekatkan lagi tubuhnya setelah tadi sempat terjauh karena dorongan Haewoon. Tangannya terangkat untuk menyentuh kedua bela pipi mulus milik wanita itu, lalu sedikit mendongakkannya agar dapat menatap matanya.

               Haewoon menggeleng. Ia kembali menunduk, sungguh ia tak sanggup melihat pria berstatus mantan suaminya itu. “Kumohon pergilah….” Ucapnya tanpa mendongak. Ia lantas menepis tangan Kyuhyun yang masih bertengger di pipinya dan berjalan menaiki tangga. Persetan dengan tatapan heran yang diberikan Kyuhyun saat ini. Ia hanya belum siap untuk mengakui kenyataan.

               “Haewoon! Maafkan aku….”

               “Pergilah… Kumohon, jangan ganggu aku lagi.” Haewoon berbalik sebentar. Mengarahkan matanya pada pintu masuk rumah itu sebelum akhirnya kembali menaiki anak tangga itu.

               Kyuhyun menggeram kesal, bagaimana mungkin Haewoon seperti itu padanya? Apa karena kejadian masa lalu itu? Jadi Haewoon masih marah atau membencinya? Oh, baiklah… Kyuhyun sadar akan hal itu. Justru itu ia datang karena bermaksud ingin meminta maaf. Tapi kenapa Haewoon seolah tak menerima keberadaannya seperti itu?

               “Hh….” Kyuhyun menghela nafasnya berat. Baiklah… Mungkin sekarang wanita itu masih terkejut karena kedatangannya yang tiba-tiba. Lebih baik ia pergi dan akan kembali nanti di saat waktu yang tepat.

               Pria itu lantas berbalik, berjalan menuju pintu masuk rumah itu dan keluar dengan langkah gontai. Tak lupa, ia juga menutup pintu itu sebelum akhirnya berjalan menuju mobilnya dan meninggalkan rumah itu dengan tangan hampa.

               Dan tanpa Kyuhyun sadari. Sosok wanita bermata bulat ini terus memperhatikannya dari jendela kamar milik putranya. Sesak. Itulah kata yang cukup untuk mengungkapkan bagaimana perasaannya saat ini. Memang rasa benci pada Kyuhyun dulu sudah tak ada lagi. Dan jujur saja, ia sangat merindukan pria itu. Tapi entah mengapa, saat Kyuhyun memeluknya seperti tadi. Ia justru merasa takut akan kehilangan sesuatu. Sungguh ia takut. Jiwoo mungkin. Yah, kehilangan anak itu jika Kyuhyun mengetahui jika sebenarnya itu putranya.

               “Eomma…,” Gumam Jiwoo tanpa membuka matanya. Ia menggeliat sedikit karena bagian tubuhnya yang terasa kaku. Hingga akhirnya ia berhenti dan matanya terbuka sempurna. Ia menatap ibunya yang tengah berdiri di jendela kamarnya dengan tatapan bingung. Sepertinya tadi wanita itu tidak mendengarkan panggilannya. “Eomma?” panggil Jiwoo lagi.

               “Eoh? Jiwoo~ya?” Haewoon berbalik, lantas berjalan cepat menghampiri ranjang anak itu. Ia tersenyum sembari mengangkat tubuh Jiwoo ke pangkuannya. “Bagaimana? Apa perut Jiwoo sudah membaik?”

               Jiwoo mengangguk, “Ne, tapi kenapa mata Eomma merah? Eomma menangis, hm?”

               “Aniya, hanya sedikit terkena debu.”

               “Jiwoo rasa Eomma berbohong.”

               “Yasudah jika Jiwoo tidak percaya pada Eomma.”

               “Bukannya tidak percaya, Eomma. Hanya sedikit tidak yakin… Coba lihat, apa mungkin orang yang matanya terkena debu, hidung dan pipinya juga memerah seperti Eomma?”

               Haewoon menghela nafasnya ringan. Ia tersenyum menatapi putranya yang cukup pintar ini. Entahlah, mungkin otak encer Kyuhyun menurun padanya. Lihatlah… Bahkan ia mengerti apa yang baru saja terjadi pada ibunya. “Baiklah… Eomma hanya sedikit menangis, karena mengenang masa lalu.” Jujur Haewoon akhirnya.

               Jiwoo mengangguk sembari tersenyum kemenangan. “Masa lalu? Apa itu, Eomma?”

               “Masa saat di mana Jiwoo belum lahir dan belum menemani Eomma di dunia ini.”

               “Jadi saat itu Eomma sendirian?”

               Haewoon menggeleng singkat. Ia kembali merebahkan tubuh Jiwoo di ranjang, dan ia juga memposisikan tubuhnya di samping Jiwoo. Mungkin bercerita sedikit tentang masa lalu pada anaknya ini tak ada salahnya, bukan? Yah… Setidaknya anak ini tahu bagaimana kehidupan ibunya saat ia belum dilahirkan. “Tidak,”

               “Lalu bersama siapa? Halmeoni? Harabeoji?”

               “Mungkin,”

               “Oh… Begitu. Apa Eomma bahagia bersama mereka? Hidup bersama orangtua Eomma?”

               Yah, Haewoon tahu arah pembicaraan anak ini. Memang tak pernah ia bertanya sebanyak ini sebelumnya. Dan mungkin inilah saatnya ia menjelaskan siapa dirinya sebenarnya. “Jika Eomma boleh jujur, Eomma sangat tidak bahagia hidup dengan mereka. Tapi Eomma tetap menyayangi mereka karena mereka orangtua Eomma.”

               Jiwoo mengerucutkan bibirnya pertanda tidak mengerti. Perlahan ia memiringkan tubuhnya, mengingat kakinya yang terkilir lalu mengalungkan tangannya di leher ibunya itu. “Kenapa bisa? Jiwoo saja bahagia hidup bersama Eomma. Yah, walaupun hanya bersama Eomma.” Ucapnya seraya menunduk di akhir kalimatnya.

               “Itu karena Eomma menyayangi Jiwoo.”

               “Memang orangtua Eomma tidak menyayangi Eomma?”

               “Entahlah… Itu pikiran mereka.”

               Jiwoo mengangguk, ia mengeratkan rangkulan tangannya di leher Haewoon. Menyatukan hidung mancungnya dengan hidung ibunya itu sembari tersenyum manis. “Jiwoo menyayangi Eomma, karena hanya Eomma yang Jiwoo miliki di dunia ini.”

               Air mata itu menetes begitu saja di sudut mata Haewoon saat Jiwoo mengucapkan kalimat yang begitu mengharukan baginya. Ia mengangguk sembari membalas pelukan Jiwoo. “NadoEomma sangat menyayangimu, Jiwoo~ya. Berjanjilah akan selalu bersama Eomma.”

               “Tapi apa Jiwoo boleh bertanya satu  hal lagi, Eomma?”

               “Tentu saja, sayang….”

               “Di mana Appa Jiwoo?”

DEG

-TBC-

HAYYOOOO…. Begimana coba ceritanya??? Nyambung Apa gak?? Jangan lupa komen… InsyaAllah next part secepatnya Anggie Post. =) Tapi gomawo yang udah baca… Saranghaee…. ^^

Author:

crazy girl called 'me'

39 thoughts on “[TWOSHOOT] “I Got My Family” [Kyu-Woon Family]

  1. jangan lama lama…….bikin penasaran niii…..kira.kira jawaban apa yang akan diberikan heewoon kepada jiwoo……secara heewoon kan masih sedikit sakit hati pada kyuhyun…..lanjooot…..thooor……

  2. Kyu itu yaa , liat yeoja cantik dikit aja sdh berpaling dr istrinya .
    Kasian istrinya , apalagi waktu minta cerai istrinya lg hamil lg .

    yaa semoga saja istrinya mau maafin 🙂

  3. penyesalan selau datanganya terlambat
    kalau beneran pasti susah menjalani hidup seperti haewoon
    dicampakkin sama orang tua dan suami
    tidak ada typo dan rapi

  4. Huwa, disini si kyuhyun jahat.. Masa tega nyakiti perasaan haewoon dgn cra selingkuh… Ck dtmbah lagi haewoon membesarkan anaknya sendiri di paris yg sangat jauh dri seoul… Ck tak patut..

  5. Nyeseekkk dehh…
    Kyuu kejamm,,, kapok kann sekarang…
    Aduuhh tuu haewonn jgn terlalu gampang balikan am kyuu yaa…
    Jual mahal dikitt,,,
    bkin kyuu sengsaraa dluu,, biar ngerasaiin perjuanggannyaa slama 7 tahunn nii

  6. waaa kyuhyun oppa koq kejam bgt sih, selingkuhin haewoon, tpi untungnya kyuhyun udah berubah deh 🙂
    alur ceritanya seru bgt thor, (y) dari pada penasaran, langsung baca part selanjutnya ah 😀

  7. Jd kyu & haewoon menikah krn haewoon di jual ortu nya sama kyuhyun ??? Kasihan … baru aja menikmati manis nya jd istri kyu eh … kyuhyun selingkuh sama yeoja pesulap … yg matre .. ckck …

    huh kyuhyun pabo kok semudah itu sih menceraikan haewoon ??? Cuma gara 2x rayuan yeoja pesulap itu … nah nyesal kan akhirnya …

    daebak 7 th haewoon membesarkan jiwoo seorang diri di paris … tp bagaimana pun jg takdir membawa kyuhyun bertemu dgn haewoon n jiwoo …

    ayo kyu … fighting … raih kembali keluarga mu .

  8. Aahhh… Jiwoo mulai bertanya… Dia mulai lapar akan informasi,, kekekeeee…
    Kyu ga nikah selama 7 th? Wah, daebak

  9. Kyuhyun babo!
    Gegara gITu Sampe terlena ma yeoja pesulap!
    Tp flashback ttg perselingkuhan kyu ga dimunculin?
    Ah..gua suka genre yg marriage
    hehe

  10. Dimana appa jinwoo? Jawabannya adalah bapakmu yg td ketemu ditoilet nak 😃
    Ganteng ya? Tp nyebelin -_- teganya ninggalin haewoon demi cewek lain-_- okelah aku lanjut baca cerita selanjutnya kalo gitu thorxD ehehe
    Sukses buat cerita”nya😄

  11. Isshhhh kyu paboo tega2nya mengkhianatin haewon 😥 skrg aja bru nyri2 mrka 😦 jan dimaafin . Kdang cinta tdak slmnya hrus bersma 🙂

  12. maaf bgt ya menurut aku sih perasaan pemainnya kurang di dalemi.. perasaan kyu yg mencari mereka tuh gak terasa sama sekali apa lagi penyesalan kyu .. terus mugkin gak sih detektifnya langsung tau klo haewon pakek nama lain di paris.. kan harusnya perlu tegang waktu beberapa hari untuk mencari haewon…
    maaf yaa

  13. annyeong~ aku new reader diblog ini !

    aku suka ceritanya (family), bahasanya juga baku jadi enak dibaca keren deh pkoknya !

  14. annyeong~ aku new reader diblog ini !

    aku suka ceritanya (family), bahasanya juga baku jadi enak dibaca keren deh pkoknya !!!!!!

Leave a reply to hikma juliana Cancel reply